Di suatu malam hari yang gelap nan sepi, terdapat sebuah rumah kembar yang terletak di tengah hutan. Hutan tersebut bernama Hutan Istimewa yang berlokasi di Desa Abstrak. Saat malam hari tiba, cuaca disini sangatlah dingin dan lembab. Jika siang hari tiba, cuaca disini terasa hangat dan tidak terlalu panas karena sinar matahari terhalang oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi dan jaraknya berdekatan. Jalanan disini pun hanyalah tanah tanpa ada aspal sedikitpun.
Penduduk yang tinggal di Desa Abstrak tidaklah banyak karena lokasi yang terpencil dan jauh dari keramaian kota. Walaupun begitu, rumah-rumah yang dimiliki oleh penduduk disini memiliki bentuk-bentuk yang sangat unik. Salah satunya adalah rumah kembar milik Bapak Suho dan Ibu Tini. Rumah mereka disebut rumah kembar karena memiiki dua atap dengan bentuk yang sama dalam satu rumah yang apabila dilihat dari kejauhan tampak seperti rumah kembar. Awal mula terbentuknya rumah kembar itu sendiri karena Bapak Suho ingin memiliki rumah yang berbeda dari rumah-rumah orang pada umumnya.
Pada suatu hari, timbul niat dari dalam hati Bu Tini untuk mengenalkan rumah-rumah unik yang berada di Desa Abstrak khususnya rumah kembar miliknya. Tapi karena letak tempat tinggalnya yang berada ditengah hutan, akses untuk mempromosikan rumah-rumah tersebut kepada kalangan umum pun menjadi terhambat. Tapi, ia terus berpikir keras untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Malam hari pun tiba dan tibat-tiba, terlintas ide cemerlang dipikirannya untuk mempromosikan rumah-rumah yang berada di Desa Abstrak dengan cara menggambar rumah miliknya dan penduduk lainnya di selembar kertas yang kemudian akan dibagikan kepada orang-orang yang berada di kota. Esok paginya, ia langsung bergegas pergi ke toko buku sederhana yang berada di dekat rumahnya. Ia membeli sketchbook, pensil, penghapus, cat air dan drawing pen. Setelah selesai membeli barang-barang tersebut, ia pulang ke rumahnya dan mulai menggambar. Ia berencana menggambar di 50 kertas. Memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dan membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelesaikannya. Tetapi karna tekad kuat yang dimilikinya, ia pun mampu menyelesaikan gambarnya hanya dalam waktu 3 hari saja. Ia pun memberitahukan niatnya dan mengajak tetangganya untuk membantu mempromosikan Desa Abstrak. Mereka pun setuju dengan ide yang dimiliki oleh Bu Tini. Tetapi tiba-tiba, muncul seorang ibu-ibu yang berkata dengan suara lantang bahwa ia menolak keras ide tersebut karena ia takut jika Desa Abstrak dikenal banyak orang, maka ia merasa tidak bisa hidup dengan tenang dan takut lingkungan di Desa Abstrak menjadi tercemar. Ibu yang menentang pendapat Bu Tini ini bernama Bu Sarah. Mendengar hal tersebut, Bu Tini merasa semakin tertantang untuk mempromosikan rumah-rumah tersebut. Ia berusaha keras membujuk Bu Sarah dengan berbagai cara hingga akhirnya Bu Sarah pun luluh dan menyetujui ide tersebut.
Esok harinya, mereka pun pergi bersama-sama ke kota dan mulai mempomosikan kepada orang-orang disekitar. Cukup banyak orang yang tertarik dengan rumah-rumah unik tersebut dan langsung mencoba mengunjungi Desa Abstrak. Kesempatan ini pun dimanfaatkan penduduk Desa Abstrak untuk menjadikan rumah-rumah mereka sebagai objek wisata dengan baiaya Rp. 50.000,00 . Berkat hal tersebut, kehidupan penduduk di Desa Abstrak semakin makmur dan Desa Abstrak pun semakin dikenal oleh banyak orang.